Etika Profesi "KOMUNIKASI DENGAN KILEN"
08.39
By
Mohamad Febriansyah Nurohman
0
komentar
Etika Komunikasi
1.
Etika komunikator
Etika komunikator adalah berbagai aspek
etika yang perlu dilakukan oleh komunikator saat melakukan komunikator,
khususnya dalam melaksanakan konfirmasi keputusan pelanggan. Pada posisi dunia
bisnis, untuk melakukan konfirmasi kredibilitas mutlak diperlukan. Dalam
pembahasan ini, dispesifikkan bahwa komunikator adalah pihak perawat dan
komunikan adalah pihak klien. Hal-hal yang berhubungan dengan kredibilitass
yang harus dibangun oleh perawat adalah sebagai berikut.
a.
Otoritas
Otoritas, yaitu seorang perawat harus memiliki keahlian dan kekuatan hukum dalam melakukan tugasnya.
Otoritas, yaitu seorang perawat harus memiliki keahlian dan kekuatan hukum dalam melakukan tugasnya.
b.
Good sense
Good sense, yaitu seorang perawat dalam memberi health education harus
meyakinkan klien agar pasien dapat menerima dengan baik.
c.
Good character
Good character, yaitu bahwa seorang perawat harus berakhlak baik, di
antarnya jujur dalam penyampaian informasi kepada klien dan memiliki interitas
dalam penyampaian informasi. Kegiatan dan tindakan yang dilakukan oleh seorang
perawat haruslah dengan ketulusan hati, yaitu dalam memberikan bantuan terhadap
klien. Sikap perawat ini akan berdampak pada maju atau mundurnya karier
keperawatannya.
2.
Etika Komunikan
Etika yang harus
dimiliki komunikan dengan etika yang harus dimiliki komunikator sebenarnya sama
saja. Hal ini disebabkan karena posisi komunikator dan komunika dapat saja
saling bergantian dalam proses komunikasi. Namun, apabila ditinjau dari segi
proses komunikasinya, komunikan adalah siapa saja berkesempatan untuk menerima
dan mendengarkan pesan. Untuk itu, etika komunika lebih cenderung pada etiak
dalam menerima atau mendengarkan suatu pesan yang dirima dari
komunikator.
Mendengarkan adalah suatu proses menangkap suara atau bunyi dengan telinga. Untuk menghargai komunikator apabila sedang berbicara, maka seorang komunika harus beretika sebagai berikut.
Mendengarkan adalah suatu proses menangkap suara atau bunyi dengan telinga. Untuk menghargai komunikator apabila sedang berbicara, maka seorang komunika harus beretika sebagai berikut.
a.
Siap untuk
mendengarkan
Komunikan saat berkomunikasi harus siap menerima informasi yang
disampaikan komunikator, meliputi kesiapan jasmani dan kesiapan rohani.
Kesiapan rohani adalah hal yang utama karena siap dan tidaknya rohani untuk
mendengarkan akan tampak pada sikap jasmaninya.
b.
Berpasipasi
Komunika harus berpartisipasi atau berperan aktif dalam pembicaraan, misalnya dengan mengajukan pertanyaan dan merespons setiap pernyataan yang disampaikan komunikan atau dengan meminta untuk mengulang pembicaraan yang kurang jelas diterima oleh komunikan.
Komunika harus berpartisipasi atau berperan aktif dalam pembicaraan, misalnya dengan mengajukan pertanyaan dan merespons setiap pernyataan yang disampaikan komunikan atau dengan meminta untuk mengulang pembicaraan yang kurang jelas diterima oleh komunikan.
c.
Pandai menangkap
pembicaraan
Komunikan yang pandai menangkap pembicaraan akan kritis, dengan keadaan
demikian komunikator akan merasa dihargai karena ditanggapinya pembicaraan. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara komunikan memberikan kesimpulan dalam setiap
pembicaraan komunikator.
d.
Mencatat
pembicaraan
Komunikator berupaya untuk mencatat hasil pembicaraan baik dalam kertas
maupun mencatat dalam pikirannya hal-hal yang penting.
3.
Etika Pesan
Etika pesan yang
disampaikan meliputi etika cara penyampaian pesan dan etika isi pesan yang
disampaikan. Suatu pesan atau niat yang baik apabila cara menyampaikannya
salah, maka akan mengakibatkan penerimaan yang kurang baik.
a.
Cara penyampaian
pesan
Komunikator dalam menyampaikan
pesan terhadap komunikan harus memenuhi hal berikut.
b.
Kontak visual dengan
komunikan
Perawat atau komunikator dalam penyampaian pesan harus kontak pandang dengan klien,
jangan sampai saat menyampaikan pesan komunikator melihat hal lain. Kontak
visual ini lebih mengungkapkan saling kenal, menghargai, dan kepercayaan diri.
Komunikator dalam menyampaikan pesan harus menghindari sikap menunduk atau
melihat-lihat yang lain, karena hal ini menandakan makna ketidakseriusan.
c.
Kontak mental
Kontak mental, yaitu perawat atau komunikator selain harus kontak visual
juga harus kontak mental dengan komunika atau klien. Artinya, perawat harus
mengerti mental klien saat berkomunikasi. Misalnya, saat menyampaikan
pesankepada klien, berarti komunikator harus lebih jelas dalam menyampaikan
pesannya atau mempersilakan klien untuk menanyakan sesuatu yang tidak
dimengerti.
d.
Penggunaan vokal
Penggunaan vokal, yaitu penggunaan lambang-lambang auditif dengan
mengubah bunyi menjadi kata dan kalimat. Vokal ini meliputi ketepatan bahasa
yang digunakan, ketepatan intonasi, dank volume suara. Bahasa yang digunakan
harus dapat dimengerti pendengar, tetapi kapan saatnya berhenti dan meneruskan
pembicaraan, serta pengaturan tinggi rendahnya suara. Misalnya,
perawat jangan berbicara seolah-olah tidak ada titik komanya, atau
berbicara dengan nada yang tinggi dan cepat. Hal ini dapat memberi kesan
seperti marah.
e.
Berbicara dengan
seluruh kepribadian
Berbicara dengan seluruh kepribadian, yaitu berkomunikasi harus disertai
dengan seluruh tubuh, mencakup wajah, tangan dan tubuh. Misalnya menunjukan
dengan isyarat yang sopan, memberikan sesuatu dengan cara yang sopan, serta
duduk dengan cara yang sopan.
f.
Kesesuaian bahasa
lisan dan bahasa tubuh
Seperti telah disampaikan pada pembahasan komunikasi verbal dan
nonverbal, bahwa yang kita komunikasikan saat berkomunikasi bukan hanya pesan
melalui bahasa lisan saja, melainkan juga bahasa tubuh. Misalnya perawat
mengatakan siap untuk memberikan bantuan pelayanan terhadap klien, hal tersebut
disertai dengan mimik muka yang senang dan langsung membantu apa yang
dibutuhkan pelanggan.
4.
Isi pesan yang disampaikan
Isi yang disampaikan
komunikator kepada komunika jika ditinjau dari etika, maka pesan tersebut harus
factual, akurat, nasehat-nasehat baik, dan bernilai guna.
a.
Faktual
Faktual, yaitu menyampaikan suatu pesan atas dasar fakta, bukan mengadangada. Misalnya perawat dalam menyampaikan kondisi klien harus akurat sesuai tes yang dilakukan.
Faktual, yaitu menyampaikan suatu pesan atas dasar fakta, bukan mengadangada. Misalnya perawat dalam menyampaikan kondisi klien harus akurat sesuai tes yang dilakukan.
b.
Akurat
Akurat, yaitu pesan yang disampaikan dapat dibuktikan dengan benar sesuai kenyataan. Misalnya, dengan menyebutkan tekanan darah, hasil lab dan hasil ronsen.
Akurat, yaitu pesan yang disampaikan dapat dibuktikan dengan benar sesuai kenyataan. Misalnya, dengan menyebutkan tekanan darah, hasil lab dan hasil ronsen.
c.
Nasehat-nasehat
baik
Isi pesan yang disampaikan sebagai sesuatu yang baik buat kepuasan
pelanggan. Misalnya, cara-cara perawatan luka, gizi yang cukup,dan cara diet
bagi penderita diabetes yang baik.
d.
Bernilai guna
Isi pesan merupakan sesuatu yang berguna bagi kebutuhan calon pembeli.
Misalnya, menyarankan dalam pemilihan perawat yang tepat dan baik.
e.
Etika pemilihan media
dan alat
Media yang digunakan dalam berkomunikasi harus disesuaikan dengan derajat
pesan yang disampaikan, waktu, dan orang yang akan menerima pesan. Pemilihan
media dan pemilihan alat komunikasi meliputi hal berikut.
5.
Pemilihan media
komunikasi
Dalam pemilihan media
komunikasi yang akan digunakan, perhatikanlah hal-hal berikut ini.
·
Dalam pemilihan media
komunikasi disesuaikan dengan tingkat tema pesan yang akan disampaikan.
Misalnya, apakah masalah tingkat intern perusahaan ekstern perusahaan, skala
local, regional, nasional, atau internasional. Pelanggan pedagang kaki lima
untuk mengadakan konfirmasi keputusan dapat dilakukan di tempat perdagangan
sambil berdiri. Akan tetapi, untuk perusahaan yang lebih tinggi, menghargai
calon pelanggan dengan menyediakan ruang khusus untuk melakukan konfirmasi.
Tempat yang digunakan untuk seminar local, regional, nasional, dan
internasional harus berbeda dalam penataan dan sarana yang digunakan.
Penampilan tersebut bertujuan untuk menghargai pelanggan.
a)
Waktu
Media yang akan digunakan dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan waktu pelaksanaan komunikasi. Misalnya, apabila pagi, siang, sore atau malam hari. Apabila dilakukan pada pagi hari, maka gunakanlah tempat-tempat yang menyejukan dengan pemandangan yang alami. Apabila dilakukan pada siang hari udara cenderung lebih panas, maka sebaiknya gunakanlah tempat yang lengkap dengan AC, ruangan agak terbuka, dan minuman. Jika dilaksanakan pada malam hari, maka gunakanlah tempat yang cukup penerangannya.
Media yang akan digunakan dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan waktu pelaksanaan komunikasi. Misalnya, apabila pagi, siang, sore atau malam hari. Apabila dilakukan pada pagi hari, maka gunakanlah tempat-tempat yang menyejukan dengan pemandangan yang alami. Apabila dilakukan pada siang hari udara cenderung lebih panas, maka sebaiknya gunakanlah tempat yang lengkap dengan AC, ruangan agak terbuka, dan minuman. Jika dilaksanakan pada malam hari, maka gunakanlah tempat yang cukup penerangannya.
b)
Pelaku
komunikasi
Pemilihan media
komunikasi harus memperhatikan siapa yang diajak bicara. Dengan menyediakan
yang dapat berarti telah menghargai calon pelanggan. Dengan siapakah akan
berkomunikasi, apakah dengan seorang pejabat, ulama, pengusaha, sipil,
anak-anak, remaja, dewasa, atau orang tua. Komunikator (penjual) menyesuaikan
tempat yang cocok untuk melayani calon pelanggan sesuai dengan latar belakangnya.
6.
Pemilihan alat atau
sarana komunikasi
Dalam pemilihan sarana
komunikasi juga harus mempertimbangkan etika, apakah sopan atau tidak kesan
yang diterima oleh calon pelanggan. Untuk itu, dalam pemilihan media harus
memperhatiakan hal berikut ini.
·
Konsensus
Dalam pemilihan sarana komunikasi harus memperhatikan kesepakatan yang telah dibuat antara calon pembeli dan pelanggan. Apabila ketentuan dalam kesepakatan penjual akan menghubungkan calon pelanggan lewat telepon pada waktu yang telah ditentukan, maka hubungilah lewat telepon jangan menggunakan saran komunikasi yang lain, misalnya mengutus petugas office Boy atau kurir. Apabila dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan, hal tersebut akan berdampak pada citra perusahaan karena calon pembeli akan merasa tidak dihargai.
Dalam pemilihan sarana komunikasi harus memperhatikan kesepakatan yang telah dibuat antara calon pembeli dan pelanggan. Apabila ketentuan dalam kesepakatan penjual akan menghubungkan calon pelanggan lewat telepon pada waktu yang telah ditentukan, maka hubungilah lewat telepon jangan menggunakan saran komunikasi yang lain, misalnya mengutus petugas office Boy atau kurir. Apabila dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan, hal tersebut akan berdampak pada citra perusahaan karena calon pembeli akan merasa tidak dihargai.
·
Tempat tinggal
komunikan.
Dalam pemilihan sarana komunikasi harus mempertimbangkan di mana tempat
tinggal calon pelanggan. Apakah di pedesaan atau perkotaan. Jika calon
pelanggan berada di pedesaan yang masih belum tersedia sarana komunikasi, maka
akan lebih baik dengan menggunakan kurir atau petugas untuk dating ke rumahnya.
Hindari konfirmasi dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi tetangga calon
pelanggan.
·
Efisiensi
Pemilihan sarana komunikasi harus mempertimbangkan kelancaran dan kemungkinan hasil yang akan diperoleh. Jika kemungkinan besar jawaban pasti akan diperoleh melalui datang langsung ke rumah calon pelanggan, maka hal tersebut akan lebih baik dilakukan. Jika penggunaan telepon atau facsimile dianggap kurang sopan, maka akan lebih baik face to face yaitu berhadapan langsung dengan calon pelanggan.
Pemilihan sarana komunikasi harus mempertimbangkan kelancaran dan kemungkinan hasil yang akan diperoleh. Jika kemungkinan besar jawaban pasti akan diperoleh melalui datang langsung ke rumah calon pelanggan, maka hal tersebut akan lebih baik dilakukan. Jika penggunaan telepon atau facsimile dianggap kurang sopan, maka akan lebih baik face to face yaitu berhadapan langsung dengan calon pelanggan.
7.
Etika memberikan
tanggapan
Dalam memberikan
tanggapan harus sesuai dengan umpan pesan yang disampaikan. Memberikan
tanggapan yang sesuai dengan umpan pesan yang diharapkan akan membuat
komunikator dan komunikan merasa saling menghargai. Untuk itu, dalam memberikan
tanggapan perhatikan hal-hal berikut ini.
a.
Membutuhkan tanggapan
ucapan
Komunikator membutuhkan tanggapan yang berupa ucapan, misalnya janji dan
kesepakatan, menolak atau menerima. Ucapan berupa jawaban yang pasti akan
berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi dan saling menghargai.
b.
Membutuhkan tanggapan
sikap
Komunikator membutuhkan tanggapan berupa sikap, misalnya dengan sikap
sopan dan antusias saat mendengarkan pesan yang disampaikan. Apabila komunikan
menanggapi dengan senyuman, maka komunikator harus membalas dengan senyuman
juga. Hal itu menunjukkan adanya kesamaan tujuan penghargaan.
c.
Membutuhkan tanggapan
tindakan
Komunikator membutuhkan tindakan nyata dari pesan yang disampaikannya.
Misalnya, mengantarkan barang yang dibeli pelanggan sampai ke kendaraan dan
mengurusi surat-surat yang dibutuhkan. Jika pesanan pelanggan tidak dihiraukan
apalagi samapai dihiraukan oleh penjual, maka hal ini akan memberi kesan tidak
menghargai pelanggan.
Pengertian etika adalah aturan perilaku, adat pergaulan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya, dan menegaskan mana yang baik dan mana yang buruk. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian berita melalui sarana atau lambang yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan saling pengertian. Jadi, dapat disimpulkan etika berkomunikasi adalah aturan yang benar dalam penyampaian berita, informasi atau pesan.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam etika berkomunikasi dala penyampaian informasi, yaitu.
Pengertian etika adalah aturan perilaku, adat pergaulan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya, dan menegaskan mana yang baik dan mana yang buruk. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian berita melalui sarana atau lambang yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan saling pengertian. Jadi, dapat disimpulkan etika berkomunikasi adalah aturan yang benar dalam penyampaian berita, informasi atau pesan.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam etika berkomunikasi dala penyampaian informasi, yaitu.
·
Menggunakan cara yang
paling mudah,
·
Kesamaan pengertian,
·
Penggunaan alat
komunikasi yang sederhana,
·
Bermanfaat dan
menguntungkan
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar pertanyaan komunikasi dapat diterima
dengan baik, yaitu:
·
Menghargai atau
menghormati pembicaraan dengan mendengarkan informasi atau penjelasan dengan
baik,
·
Memusatkan perhatian
pada pusat masalah,
·
Pertanyaan tidak
menyimpang dari pokok permaslahan,
·
Menghargai pendapat
yang dikemukakan orang lain,
·
Pertanyaan jelas tidak
berbelit-belit.
Etika Terhadap Klien dan
Atasan
Seorang PR professional dalam menjalankan pekerjaannya
selalu berkaitan dengan kepentingan yang dibutuhkan orang lain dalam membangun
dan mempertahankan hubungan yang harmonis serta efektif dengan pihak ketiga
yaitu klien, mereka biasanya berkecimpung dalam dunia bisnis, seperti PR
agency, ataupun PR consultant yang bersifat independen.
PR mempunyai fungsi kepemimpinan dan manajemen yang
membantu pencapaian tujuan sebuah organisasi, membantu mendefinisikan filosofi,
serta memfasilitasi perubahan organisasi, para praktisi PR berkomunikasi dengan
semua publik internal dan eksternal yang relevan untuk mengembangkan hubungan yang
positif serta menciptakan konsistensi antara tujuan organisasi dengan harapan
masyarakat, mereka juga mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program
organisasi yang mempromosikan pertukaran pengaruh serta pemahaman diantara
konstituen organisasi dan masyarakat.
PR terus menjadi salah satu bidang yang sangat dinamis
dalam kehidupan berorganisasi di seluruh dunia. Salah satu alasannya adalah
karena PR membutuhkan keterampilan dan kapabilitas yang beragam untuk
keberhasilan pekerjaan mereka. Pekerjaan yang dilakukan seorang PR officer
adalah sebagai berikut:
·
Melakukan pekerjaan riset
·
Melaksanakan konseling
·
Membangun hubungan dengan
pemerintah
·
Membina hubungan dengan
investor
·
Menangani manajemen isu
·
Hubungan dengan media
massa
·
Urusan masyarakat
·
Hubungan dengan komunitas
·
Hubungan dengan pekerja
·
Publisitas
·
Komunikasi pemasaran
·
Promosi
Pekerjaan PR semua terkait dengan membangun hubungan
yang efektif antara organisasi dengan pihak-pihak yang dianggap penting oleh
organisasi, seperti menjalin hubungan media, pelanggan, pekerja, investor,
pemimpin masyarakat, kelompok aktivis, dan badan pemerintahan. Hubungan ini
harus saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, untuk menciptakan win-win
stuation, seperti itu, diperlukan proses memberi dan menerima yang banyak
didasari oleh saling memahami terhadap kepentingan masing-masing.
Kant, mendefinisikan etika sebagai “sebuah ilmu yang
mengajarkan, bukan bagaimana kita mencapai kebahagiaan, tetap tentang bagaimana
kita merasa bernilai dengan kebahagiaan apa yang dianggap sah secara hukum.
Tidak selalu berarti etis dan apa yang dianggap etis, tidak selalu sah secara
hukum undang-undang hanya mencakup beberapa situasi dari banyak situasi dalam
public relations. Dalam banyak situasi professional public relations harus
membuat penilaian tentang hal yang benar untuk dilakukan dalam rangka membangun
hubungan antara organisasi dengan publiknya. Praktisi public relations harus
menimbang antara keuntungan dan kerugian dari aktivitas komunikasi mereka dan
atau harus memiliki keberanian mengatakan “ya” atau “tidak” , karena dampak
jangka panjang dari sebuah keputusan yang buruk akan menutupi kerugian pada
jangka pendek.
Etika
merupakan bidang yang harus menjadi perhatian bagi para praktisi PR, karena:
·
Para praktisi menyadari bahwa
beberapa pekerja PR memiliki reputasi kurang baik terkait perilaku mereka yang
tidak etis.
·
PR sering menjadi sumber
pernyataan etis dari sebuah organisasi serta menjadi gudang bagi kebijakan etis
dan sosial bagi organisasi.
·
Praktisi PR telah berjuang
membuat kode etik yang cocok untuk merek asendiri.
·
Praktisis PR harus
bertindak atas nama organisasi mereka sebagai lembaga OBUDSMAN (pejabat atau
badan yang bertugas menangani berbagai keluhan masyarakat). Etika bagi publik
yang mereka layani.
Pengertian Etika Terhadap
Klien dan Atasan
Etika terkait dengan apa yang secara moral dianggap
benar atau salah dalam perilaku sosial, biasanya ditentukan oleh standar
profesi, organisasi dan individu. Perilaku beretika merupakan pertimbangan
utama yang membedakan antara warga beradab dengan yang tidak dalam masyarakat.
Allen Center mengusulkan lima faktor yang mengatur perilaku sosial, adalah
sebagai berikut:
·
Tradisi. Bagaimana sebuah
situasi dipandang dan diberlakukan pada masa lalu.
·
Opini Publik. Perilaku
yang dapat diterima oleh mayoritas orang pada saat ini.
·
Hukum. Perilaku yang
dibolehkan dan yang dilarang oleh undang-undang.
·
Moralitas. Umumnya
terkait dengan apa yang dibolehkan dan dilarang oleh ajaran agama.
·
Etika. Standar yang
disusun oleh profesi, organisasi, atau diri sendiri berdasarkan suara hati apa
yang benar dan adil untuk orang lain dan untuk diri sendiri.
James,
E. Grunig: Dua prinsip panduan etika dasar yaitu:
·
Mereka harus memiliki
kemauan untuk beretika, tidak bermaksud mencelakai orang lain, namun berniat
untuk berlaku jujur
·
Mereka harus menghindari
aksi yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi orang lain.
Kode
Etik (Code of Ethics) dan Kode perilaku (Code of Conduct) yang termuat dalam
International Public Relations Associations (IPRA) dalam sidang umumnya di
Venesia, Mei 1961 pada butir II yang menyatakan bahwa: Perilaku Klien dan
pimpinan adalah sebagai berikut:
·
Seorang anggota mempunyai
kewajiban umum berhubungan secara jujur dan adil terhadap klien atau
pimpinannya, baik sebelumnya maupun sesudahnya.
·
Seorang anggota hendaknya
tidak memiliki kepentingan yang berlawanan atau persaingan tanpa persetujuan
dari pihak yang bersangkutan.
·
Seorang anggota hendaknya
menjaga kepercayaan yang diberikan oleh klien atau pimpinan, baik sebelumnya
maupun yang sekarang.
·
Seorang anggota hendaknya
tidak melakukan tindakan yang cenderung merendahkan martabat dari pihak klien
dan pimpinannya.
·
Dalam memberikan jasa
pelayanan bagi klien atau pimpinannya, seorang anggota hendaknya tidak menerima
imbalan, komisi atau bentuk apapun dari pihak manapun, selain dari pihak klien
atau pimpinannya yang telah memperoleh penjelasan fakta yang lebih lengkap.
·
Seorang anggota hendaknya
tidak mengusulkan kepada calon klien atau calon pimpinannya bahwa pembayaran atau
kompensasi lainnya tergantung pada pencapaian hasil-hasil tertentu atau tidak
akan menyetujui perjanjian apa pun yang mengarahkan dengan akibat yang sama.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan tidak boleh dilakukan oleh seorang praktisi PR:
·
Berbohong untuk klien
atau pimpinan
·
Terlibat dalam tipu
muslihat untuk mengumpulkan informasi tentang klien praktisi PR.
·
Membantu menyembunyikan
kondisi yang berbahaya atau melapor kepenegak hukum menyampaikan informasi yang
hanya mengandung setengah kebenaran.
·
Menawarkan sesuatu
(hadiah, perjalanan, atau informasi) kepada reporter atau legislator yang mau
berkompromi dengan laporan mereka.
·
Menyampaikan informasi
yang benar, tetapi berpotensi menyesatkan dalam wawancara atau konferensi
berita yang merusak pemerintah
Dalam
hal ini seorang praktisi PR harus memegang teguh prinsip kode etik dan kode
perilaku yang berlandaskan pada kejujuran dan kebenaran serta tidak membela
pada yang salah, dapat memberikan pelayanan yang baik pada siapa pun baik klien
dan atasan yang bersifat berkeadilan serta tidak berkepihakan pada unsure
manapun. Dengan tujuan tetap menjaga dan memelihara sebagai seorang
professional dalam bidang public relations. Fungsi seorang PR harus dapat
membina seta menjalin hubungan dengan pihak klien, dengan atasan maupun dengan
pihak perusahaan, agar citra positif tetap terpelihara serta mempunyai prinsip
ekonomi yang saling menguntungkan kedua belah pihak, seorang PR bertugas
sebagai media penghubung antara perusahaan dengan klien diharapkan menjaga kebutuhan
hubungan sebagai mitra usaha diantara keduanya, dengan prinsip tidak saling
merugikan dalam bentuk kerja sama.
Jenis-Jenis
Klien
·
Pemegang saham dan calon
pemegang saham perusahaan
Perusahaan
cenderung membatasi informasi lengkap pada pemegang saham dengan argumentasi
bahwa secara tidak langsung akan berarti memberikan memberikan informasi
tersebut pada kompetitornya yang seharusnya merupakan rahasia perusahaan. Pada
umumnya untuk perusahaan-perusahaan publik, maka pengaturan oleh pemerintah
mengatur informasi yang perlu disampaikan kepada pemegang saham, sehingga
dampak kompetisi tidak ada bagi sesama perusahaan publik. Permasalahan memang
timbul dari perusahaan-perusahaan yang tidak merupakan perusahaan publik,
mereka memperoleh informasi dari kompetitornya tanpa perlu mengungkapkan
tentang dirinya. Informasi yang perlu diungkapkan oleh perusahaan memang tidak
semuanya yang seharusnya diketahui oleh pemilik perusahaan. Pengertian pemegang
saham dari perusahaan public seharusnya adalah lebih sesuai sebagai investor,
sehingga informasi yang diperlukan adalah untuk mengambil keputusan membeli
atau menjual sahamnya.
·
Pemerintah (Government)
Kegiatan
PR diantaranya dalam rangka mengatur dan memelihara hubungan dengan pemerintah,
baik pemerintah pusat maupun daerah atau dengan jawatan-jawatan resmi yang
berhubungan dengan kegiatan perusahaan. Mengapa PR harus menjalin hubungan
dengan pemerintah secara baik, hal ini sangkut pautnya dengan masalah
kebijakan. Pemerintah adalah pembuat dan penentu kebijakan yang mungkin saja
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tersebut, terkadang menguntungkan
perusahaan atau sebaliknya dapat merugikan, oleh sebab itu perusahaan/instansi
seharusnya dapat menjalin hubungan baik dengan pemerintah setempat, karena
dalam keadaan bagaimana pun baik itu perusahaan swasta maupun instansi-instansi
dalam mengadakan kegiatannya selalu ada sangkut pautnya dengan pemerintahan.
Misalnya saja yang berkaitan dengan masalah, pembayaran pajak, pemberian
rekomendasi bagi kegiatan ekspor / impor, masalah perijinan dari pemerintah,
perlindungan baik itu bagi para produsen ataupun para karyawan atau buruh dalam
masalah ketenagakerjaan.
·
Pemasok (Supplier)
Kegiatan
PR dalam rangka mengatur dan memelihara hubungan dengan para leveransir agar
segala kebutuhan organisasi/perusahaan dapat diterima dengan baik. Untuk
mengadakan hubungan baik dengan para supplier ini harus dilaksanakan secara
terus menerus, dengan harga dilaksanakan secara terus enerus, dengan harga dan
syarat yang wajar misalnya; tender atau menyangkut masalah pengadaan barang.
Seorang PR harus cepat tanggap dalam melakukan kegiatan komunikasi dengan para
supplier khususnya untuk para langganannya yaitu dengan cara memberikan
informasi jauh sebelumnya agar konsumen tidak mengalami kekecewaan yang
akhirnya akan merugikan perusahaan. Dengan demikian secara psikologis jika
terdapat kenaikan harga barang yang ditawarkan maka pelanggan tidak merasakan
kekecewaan. Dalam hal ini seorang public relations harus dapat menggunakan
teknik komunikasi yang paling efekktif diantaranya menggunakan teknik
persuasive agar pihak perusahaan dapat mengatasi problem/masalah-masalah yang
akan terjadi pada perusahaan. Untuk menjaga kontinuitas pengiriman barang, maka
dengan para supplier ini seorang public relations harus dapat memberikan
pelayanan baik hal tersebut untuk menjaga loyalitas supplier terhadap
perusahaan khususnya terhadap produksi perusahaan tersebut. Sehingga bila pada
waktu tertentu perusahaan terdapat kesulitan dalam hal keuangan maka para supplier
akan dapat membantunya.
·
Pelanggan (Customer)
Kegiatan
public relations dalam rangka mengatur dan memelihara hubungan dengan para
pelanggan, sehingga hubungan itu selalu dalam situasi bahwa pelanggan lah yang
sangat membutuhkan perusahaan bukan sebaliknya, hubungan baik yang dilakukan
dengan para pelanggan merupakan yang harus dilakukan seorang PR perusahaan. PR
rangka mengatur dan menjaga hubungan baik dengan para konsumen agar produk yang
dibuat perusahaan dapat diterima dengan baik oleh para konsumen. Salah satu
kegiatan mengadakan hubungan baik dengan konsumen adalah melalui program
periklanan dengan penyiaran iklan produk lewat media cetak seperti surat kabar,
tabloid, majalah, dan media elektronik, yaitu: radio, televise, internet,
berita media luar ruang yaitu Billboard
Faktor-faktor
penghambat mengahadapi perilaku klien dan atasan
·
Faktor Psikologis
Seorang
PR dalam melaksanakan pekerjaan tidak selalu berjalan baik dan lancar, seperti
dalam melakukan hubungan kerja dengan klien maupun atasan faktor hambatan yang
dihadapi biasanya gangguan secara psikis, misalkan saja seorang public
relations ketika berhadapan dengan klien maupun atasan yang posisinya tampaknya
lebih tinggi kedudukannya, sehingga merasa dalam benak pemikirannya kurang
mendapat perhatian secara khusus
·
Fakor Ekonomi (Financial)
Seorang
PR officer perusahaan dituntut untuk tampil prima dalam menjalankan operasional
aktivitasnya. Dalam hal ini seorang public relations harus diberikan anggaran
atau dana operasional yang cukup memadai dalam melaksanakan fungsi dan
kewajibannya secara maksimal.
·
Faktor Dukungan (Support)
Seorang
PR officer dalam melaksanakan fungsi dan kewajibannya dapat dikatakan berhasil
guna secara maksimal dan optimal apabila mendapat dukungan (support) baik dari
pihak atasan maupun dari pihak perusahaan dengan tujuan agar seorang public
relations dalam menjalankan operasionalisasi secara leluasa dan mempunyai
kewenangan yang penuh dalam pengambilan keputusan.
Etika dan Sopan Santun
Perawat Kepada Pasien
Di dalam lingkungan rumah sakit, mungkin perawat bisa
di katakan orang yang paling dekat dengan pasien. Mengapa ? Karena ya hampir
setiap saat, setiap detik perawat selalu mengawasi keadaaan pasien mulai dari
keadaan pasien yang masih kritis sampai kepada keadaan yang pulih. Dalam
memberikan perawatan, perawat di tuntut untuk dapat bersikap ramah kepada
pasien, karena jika ada perawat yang kasar atau memiliki emosi yang tinggi,
bisa-bisa pasien bukan akan sembuh, tapi malah memburuk keadaanya, atau bisa
jadi si perawat ini akan menjadi orang yang paling di benci oleh pasien seumur
hidup. Etika dan sikap seperti apakah
yang seharusnya di miliki oleh perawat ?? Di sini akan saya jelaskan.
Pertama, saya akan bahas tentang pengertian dari etika
itu sendiri. Etika berasal dari bahasa latin yaitu : Mos atau Mores (bentuk
jamak) yang berarti juga adat, kebiasaan, sehingga makna kata moral dan etika
adalah sama. Kalau menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerawardaminta), 1953)
Etika itu adalah ilmu tentang azaz akhlak (moral). Jadi itu lah beberapa sumber
mengenai pengertian dari etika. Sementara etika dalam keperawatan itu sendiri
meliputi :
1. Ikhlas,
maksudnya memberikan pelayanan kepada pasien dengan tidak mengharapkan imbalan
apapun, bersegera membantu pasien dengan sepenuh hati, memberikan perhatian
dengan mendengar keluh kesah pasien. Hindari sifat merendahkan, meremehkan
pasien dalam bentuk apapun tentang keadaan penyakitnya, kepribadiannya,
fisiknya serta hubungan sosialnya.
Contoh percakapan
dan perbuatan ikhlas kepada pasien :
Pasien : “Suster tolong ambilkan pispot untuk
saya, sepertinya saya akan BAB.
Perawat : dengan tersenyum dan wajah ceria, ”
Sebentar ya bu, saya akan ambilkan, apakah ibu mau BAB sendiri atau saya bantu
? ”
Pasien : ” Biar saya sendiri saja suster “,
terima kasih
Perawat : ” Kalau ibu sudah selesai dan perlu
bantuan saya , ibu bisa bell saya ya bu, saya akan ke pasien dulu ya “.
2. Ramah
dan santun
Bertutur kata
dengan senyum yang tulus serta lemah lembut kepada pasien, bersikap sopan
santun kepada pasien dan menghargai pasien, dengan memberikan perhatian,
merawat pasien dan mendengarkan keluhannya. Berikan reinforcement (
penghargaan) yang tulus kepada pasien jika perawatan dan pengobatan pasien
membuahkan hasil yang membaik.
Mengucapkan salam,
selalu menyapa dan berkata sopan, pilihlah bahasa yang baik dan santun dalam
berkomunikasi dengan pasien.
3. Belas
Kasih
Bersikap empati
kepada pasien dan ikut merasakan penderitaan pasien tanpa harus larut dengan
masalah pasien.
4. Sabar
dan tidak mudah marah
Perawat harus
memahami konsep manusia yang unik, memiliki prilaku , respon dan sikap yang
berbeda antara satu dengan yang lain.
Hindari merasa kesal dengan pasien yang
cerewet dan memiliki respon yang berlebihan, karena jika perawat merasa kesal
akan berdampak pada hal yang tidak di inginkan.
5. Bersikap
tenang, tepat dan cepat dalam bertindak
Bersikap tenang
dalam bertindak mempunyai makna tidak tergesa-gesa dalam memberikan asuhan
keperawatan, teliti, berhati-hati,
cermat dan rapi serta mempunyai seni dalam merawat pasien.
6. Berikan
Sentuhan
Kasih sayang,
dukungan emosional, dan perhatian di sampaikan melalui sentuhan. Sentuhan
merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat dan pasien, namun harus
memperhatikan norma sosial. Ketika memberikan asuhan keperawatan, perawat
menyentuh klien, seperti : ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisk, atau
memnbantu memakaikan pakaian.
7. Berpenampilan
yang rapi, sopan dan menyenangkan pandangan mata
Berpakaian lah
yang rapi, bersih, dan enak di pandang mata. Untuk wanita janganlah terlalu
mencolok dalam berdandan dan berpakaian, tapi mencerminkan kesederhanaan dan
kedewasaan dalam bernampilan. Misal : dalam memakai bedak, jangan terlalu
menor, berlipstik jangan dengan warna merah mencolok, tidak memakai sepatu yang
bertumit tinggi.
8. Hargailah
pasien
Hargai pasien karena
pasien juga merupakan malhluk ciptaan Tuhan yang memiliki perasaaan. Perawat
menerima klien apa adanya, tidak mengkritik, menghakimi, atau mengejek klien.
0 komentar: