Welcome

Welcome To

by http://kazeyo-kun.blogspot.com

Etika Profesi "KOMUNIKASI DENGAN KILEN"


Etika Komunikasi
1.      Etika komunikator
Etika komunikator adalah berbagai aspek etika yang perlu dilakukan oleh komunikator saat melakukan komunikator, khususnya dalam melaksanakan konfirmasi keputusan pelanggan. Pada posisi dunia bisnis, untuk melakukan konfirmasi kredibilitas mutlak diperlukan. Dalam pembahasan ini, dispesifikkan bahwa komunikator adalah pihak perawat dan komunikan adalah pihak klien. Hal-hal yang berhubungan dengan kredibilitass yang harus dibangun oleh perawat adalah sebagai berikut.
a.       Otoritas
Otoritas, yaitu seorang perawat harus memiliki keahlian dan kekuatan hukum dalam melakukan tugasnya.
b.      Good sense 
Good sense, yaitu seorang perawat dalam memberi health education harus meyakinkan klien agar pasien dapat menerima dengan baik.
c.       Good character 
Good character, yaitu bahwa seorang perawat harus berakhlak baik, di antarnya jujur dalam penyampaian informasi kepada klien dan memiliki interitas dalam penyampaian informasi. Kegiatan dan tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat haruslah dengan ketulusan hati, yaitu dalam memberikan bantuan terhadap klien. Sikap perawat ini akan berdampak pada maju atau mundurnya karier keperawatannya.

2.      Etika Komunikan 
Etika yang harus dimiliki komunikan dengan etika yang harus dimiliki komunikator sebenarnya sama saja. Hal ini disebabkan karena posisi komunikator dan komunika dapat saja saling bergantian dalam proses komunikasi. Namun, apabila ditinjau dari segi proses komunikasinya, komunikan adalah siapa saja berkesempatan untuk menerima dan mendengarkan pesan. Untuk itu, etika komunika lebih cenderung pada etiak dalam menerima atau mendengarkan suatu pesan yang dirima dari komunikator.
Mendengarkan adalah suatu proses menangkap suara atau bunyi dengan telinga. Untuk menghargai komunikator apabila sedang berbicara, maka seorang komunika harus beretika sebagai berikut.
a.       Siap untuk mendengarkan 
Komunikan saat berkomunikasi harus siap menerima informasi yang disampaikan komunikator, meliputi kesiapan jasmani dan kesiapan rohani. Kesiapan rohani adalah hal yang utama karena siap dan tidaknya rohani untuk mendengarkan akan tampak pada sikap jasmaninya.
b.      Berpasipasi
Komunika harus berpartisipasi atau berperan aktif dalam pembicaraan, misalnya dengan mengajukan pertanyaan dan merespons setiap pernyataan yang disampaikan komunikan atau dengan meminta untuk mengulang pembicaraan yang kurang jelas diterima oleh komunikan.
c.       Pandai menangkap pembicaraan 
Komunikan yang pandai menangkap pembicaraan akan kritis, dengan keadaan demikian komunikator akan merasa dihargai karena ditanggapinya pembicaraan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara komunikan memberikan kesimpulan dalam setiap pembicaraan komunikator.
d.      Mencatat pembicaraan 
Komunikator berupaya untuk mencatat hasil pembicaraan baik dalam kertas maupun mencatat dalam pikirannya hal-hal yang penting.
3.      Etika Pesan 
Etika pesan yang disampaikan meliputi etika cara penyampaian pesan dan etika isi pesan yang disampaikan. Suatu pesan atau niat yang baik apabila cara menyampaikannya salah, maka akan mengakibatkan penerimaan yang kurang baik.
a.       Cara penyampaian pesan 
Komunikator dalam  menyampaikan pesan terhadap komunikan harus memenuhi hal berikut.
b.      Kontak visual dengan komunikan 
Perawat atau  komunikator dalam  penyampaian pesan harus kontak pandang dengan klien, jangan sampai saat menyampaikan pesan komunikator melihat hal lain. Kontak visual ini lebih mengungkapkan saling kenal, menghargai, dan kepercayaan diri. Komunikator dalam menyampaikan pesan harus menghindari sikap menunduk atau melihat-lihat yang lain, karena hal ini menandakan makna ketidakseriusan.
c.       Kontak mental 
Kontak mental, yaitu perawat atau komunikator selain harus kontak visual juga harus kontak mental dengan komunika atau klien. Artinya, perawat harus mengerti mental klien saat berkomunikasi. Misalnya, saat menyampaikan pesankepada klien, berarti komunikator harus lebih jelas dalam menyampaikan pesannya atau mempersilakan klien untuk menanyakan sesuatu yang tidak dimengerti.
d.      Penggunaan vokal 
Penggunaan vokal, yaitu penggunaan lambang-lambang auditif dengan mengubah bunyi menjadi kata dan kalimat. Vokal ini meliputi ketepatan bahasa yang digunakan, ketepatan intonasi, dank volume suara. Bahasa yang digunakan harus dapat dimengerti pendengar, tetapi kapan saatnya berhenti dan meneruskan pembicaraan, serta pengaturan tinggi rendahnya suara. Misalnya, perawat  jangan berbicara seolah-olah tidak ada titik komanya, atau berbicara dengan nada yang tinggi dan cepat. Hal ini dapat memberi kesan seperti marah.
e.       Berbicara dengan seluruh kepribadian 
Berbicara dengan seluruh kepribadian, yaitu berkomunikasi harus disertai dengan seluruh tubuh, mencakup wajah, tangan dan tubuh. Misalnya menunjukan dengan isyarat yang sopan, memberikan sesuatu dengan cara yang sopan, serta duduk dengan cara yang sopan.
f.       Kesesuaian bahasa lisan dan bahasa tubuh 
Seperti telah disampaikan pada pembahasan komunikasi verbal dan nonverbal, bahwa yang kita komunikasikan saat berkomunikasi bukan hanya pesan melalui bahasa lisan saja, melainkan juga bahasa tubuh. Misalnya perawat mengatakan siap untuk memberikan bantuan pelayanan terhadap klien, hal tersebut disertai dengan mimik muka yang senang dan langsung membantu apa yang dibutuhkan pelanggan.
4.      Isi pesan yang disampaikan
Isi yang disampaikan komunikator kepada komunika jika ditinjau dari etika, maka pesan tersebut harus factual, akurat, nasehat-nasehat baik, dan bernilai guna.
a.       Faktual
Faktual, yaitu menyampaikan suatu pesan atas dasar fakta, bukan mengadangada. Misalnya perawat dalam menyampaikan kondisi klien harus akurat sesuai tes yang dilakukan.
b.      Akurat
Akurat, yaitu pesan yang disampaikan dapat dibuktikan dengan benar sesuai kenyataan. Misalnya, dengan menyebutkan tekanan darah, hasil lab dan hasil ronsen.
c.       Nasehat-nasehat baik 
Isi pesan yang disampaikan sebagai sesuatu yang baik buat kepuasan pelanggan. Misalnya, cara-cara perawatan luka, gizi yang cukup,dan cara diet bagi penderita diabetes yang baik.
d.      Bernilai guna 
Isi pesan merupakan sesuatu yang berguna bagi kebutuhan calon pembeli. Misalnya, menyarankan dalam pemilihan perawat yang tepat dan baik.
e.       Etika pemilihan media dan alat 
Media yang digunakan dalam berkomunikasi harus disesuaikan dengan derajat pesan yang disampaikan, waktu, dan orang yang akan menerima pesan. Pemilihan media dan pemilihan alat komunikasi meliputi hal berikut.
5.      Pemilihan media komunikasi 
Dalam pemilihan media komunikasi yang akan digunakan, perhatikanlah hal-hal berikut ini. 
·         Dalam pemilihan media komunikasi disesuaikan dengan tingkat tema pesan yang akan disampaikan. Misalnya, apakah masalah tingkat intern perusahaan ekstern perusahaan, skala local, regional, nasional, atau internasional. Pelanggan pedagang kaki lima untuk mengadakan konfirmasi keputusan dapat dilakukan di tempat perdagangan sambil berdiri. Akan tetapi, untuk perusahaan yang lebih tinggi, menghargai calon pelanggan dengan menyediakan ruang khusus untuk melakukan konfirmasi. Tempat yang digunakan untuk seminar local, regional, nasional, dan internasional harus berbeda dalam penataan dan sarana yang digunakan. Penampilan tersebut bertujuan untuk menghargai pelanggan.
a)      Waktu
Media yang akan digunakan dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan waktu pelaksanaan komunikasi. Misalnya, apabila pagi, siang, sore atau malam hari. Apabila dilakukan pada pagi hari, maka gunakanlah tempat-tempat yang menyejukan dengan pemandangan yang alami. Apabila dilakukan pada siang hari udara cenderung lebih panas, maka sebaiknya gunakanlah tempat yang lengkap dengan AC, ruangan agak terbuka, dan minuman. Jika dilaksanakan pada malam hari, maka gunakanlah tempat yang cukup penerangannya.
b)      Pelaku komunikasi 
Pemilihan media komunikasi harus memperhatikan siapa yang diajak bicara. Dengan menyediakan yang dapat berarti telah menghargai calon pelanggan. Dengan siapakah akan berkomunikasi, apakah dengan seorang pejabat, ulama, pengusaha, sipil, anak-anak, remaja, dewasa, atau orang tua. Komunikator (penjual) menyesuaikan tempat yang cocok untuk melayani calon pelanggan sesuai dengan latar belakangnya.
6.      Pemilihan alat atau sarana komunikasi 
Dalam pemilihan sarana komunikasi juga harus mempertimbangkan etika, apakah sopan atau tidak kesan yang diterima oleh calon pelanggan. Untuk itu, dalam pemilihan media harus memperhatiakan hal berikut ini.
·         Konsensus
Dalam pemilihan sarana komunikasi harus memperhatikan kesepakatan yang telah dibuat antara calon pembeli dan pelanggan. Apabila ketentuan dalam kesepakatan penjual akan menghubungkan calon pelanggan lewat telepon pada waktu yang telah ditentukan, maka hubungilah lewat telepon jangan menggunakan saran komunikasi yang lain, misalnya mengutus petugas office Boy atau kurir. Apabila dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan, hal tersebut akan berdampak pada citra perusahaan karena calon pembeli akan merasa tidak dihargai.
·         Tempat tinggal komunikan. 
Dalam pemilihan sarana komunikasi harus mempertimbangkan di mana tempat tinggal calon pelanggan. Apakah di pedesaan atau perkotaan. Jika calon pelanggan berada di pedesaan yang masih belum tersedia sarana komunikasi, maka akan lebih baik dengan menggunakan kurir atau petugas untuk dating ke rumahnya. Hindari konfirmasi dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi tetangga calon pelanggan.
·         Efisiensi
Pemilihan sarana komunikasi harus mempertimbangkan kelancaran dan kemungkinan hasil yang akan diperoleh. Jika kemungkinan besar jawaban pasti akan diperoleh melalui datang langsung ke rumah calon pelanggan, maka hal tersebut akan lebih baik dilakukan. Jika penggunaan telepon atau facsimile dianggap kurang sopan, maka akan lebih baik face to face yaitu berhadapan langsung dengan calon pelanggan.
7.      Etika memberikan tanggapan 
Dalam memberikan tanggapan harus sesuai dengan umpan pesan yang disampaikan. Memberikan tanggapan yang sesuai dengan umpan pesan yang diharapkan akan membuat komunikator dan komunikan merasa saling menghargai. Untuk itu, dalam memberikan tanggapan perhatikan hal-hal berikut ini.
a.       Membutuhkan tanggapan ucapan 
Komunikator membutuhkan tanggapan yang berupa ucapan, misalnya janji dan kesepakatan, menolak atau menerima. Ucapan berupa jawaban yang pasti akan berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi dan saling menghargai.
b.      Membutuhkan tanggapan sikap 
Komunikator membutuhkan tanggapan berupa sikap, misalnya dengan sikap sopan dan antusias saat mendengarkan pesan yang disampaikan. Apabila komunikan menanggapi dengan senyuman, maka komunikator harus membalas dengan senyuman juga. Hal itu menunjukkan adanya kesamaan tujuan penghargaan.
c.       Membutuhkan tanggapan tindakan 
Komunikator membutuhkan tindakan nyata dari pesan yang disampaikannya. Misalnya, mengantarkan barang yang dibeli pelanggan sampai ke kendaraan dan mengurusi surat-surat yang dibutuhkan. Jika pesanan pelanggan tidak dihiraukan apalagi samapai dihiraukan oleh penjual, maka hal ini akan memberi kesan tidak menghargai pelanggan.
Pengertian etika adalah aturan perilaku, adat pergaulan manusia dalam pergaulan dengan sesamanya, dan menegaskan mana yang baik dan mana yang buruk. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian berita melalui sarana atau lambang yang mempunyai tujuan untuk mendapatkan saling pengertian. Jadi, dapat disimpulkan etika berkomunikasi adalah aturan yang benar dalam penyampaian berita, informasi atau pesan.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam etika berkomunikasi dala penyampaian informasi, yaitu.
·         Menggunakan cara yang paling mudah,
·         Kesamaan pengertian,
·         Penggunaan alat komunikasi yang sederhana,
·         Bermanfaat dan menguntungkan
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar pertanyaan komunikasi dapat diterima dengan baik, yaitu:
·         Menghargai atau menghormati pembicaraan dengan mendengarkan informasi atau penjelasan dengan baik,
·         Memusatkan perhatian pada pusat masalah,  
·         Pertanyaan tidak menyimpang dari pokok permaslahan,  
·         Menghargai pendapat yang dikemukakan orang lain,
·         Pertanyaan jelas tidak berbelit-belit.











Etika Terhadap Klien dan Atasan
Seorang PR professional dalam menjalankan pekerjaannya selalu berkaitan dengan kepentingan yang dibutuhkan orang lain dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang harmonis serta efektif dengan pihak ketiga yaitu klien, mereka biasanya berkecimpung dalam dunia bisnis, seperti PR agency, ataupun PR consultant yang bersifat independen.
PR mempunyai fungsi kepemimpinan dan manajemen yang membantu pencapaian tujuan sebuah organisasi, membantu mendefinisikan filosofi, serta memfasilitasi perubahan organisasi, para praktisi PR berkomunikasi dengan semua publik internal dan eksternal yang relevan untuk mengembangkan hubungan yang positif serta menciptakan konsistensi antara tujuan organisasi dengan harapan masyarakat, mereka juga mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program organisasi yang mempromosikan pertukaran pengaruh serta pemahaman diantara konstituen organisasi dan masyarakat.
PR terus menjadi salah satu bidang yang sangat dinamis dalam kehidupan berorganisasi di seluruh dunia. Salah satu alasannya adalah karena PR membutuhkan keterampilan dan kapabilitas yang beragam untuk keberhasilan pekerjaan mereka. Pekerjaan yang dilakukan seorang PR officer adalah sebagai berikut:
·        Melakukan pekerjaan riset
·        Melaksanakan konseling
·        Membangun hubungan dengan pemerintah
·        Membina hubungan dengan investor
·        Menangani manajemen isu
·        Hubungan dengan media massa
·        Urusan masyarakat
·        Hubungan dengan komunitas
·        Hubungan dengan pekerja
·        Publisitas
·        Komunikasi pemasaran
·        Promosi
Pekerjaan PR semua terkait dengan membangun hubungan yang efektif antara organisasi dengan pihak-pihak yang dianggap penting oleh organisasi, seperti menjalin hubungan media, pelanggan, pekerja, investor, pemimpin masyarakat, kelompok aktivis, dan badan pemerintahan. Hubungan ini harus saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, untuk menciptakan win-win stuation, seperti itu, diperlukan proses memberi dan menerima yang banyak didasari oleh saling memahami terhadap kepentingan masing-masing.
Kant, mendefinisikan etika sebagai “sebuah ilmu yang mengajarkan, bukan bagaimana kita mencapai kebahagiaan, tetap tentang bagaimana kita merasa bernilai dengan kebahagiaan apa yang dianggap sah secara hukum. Tidak selalu berarti etis dan apa yang dianggap etis, tidak selalu sah secara hukum undang-undang hanya mencakup beberapa situasi dari banyak situasi dalam public relations. Dalam banyak situasi professional public relations harus membuat penilaian tentang hal yang benar untuk dilakukan dalam rangka membangun hubungan antara organisasi dengan publiknya. Praktisi public relations harus menimbang antara keuntungan dan kerugian dari aktivitas komunikasi mereka dan atau harus memiliki keberanian mengatakan “ya” atau “tidak” , karena dampak jangka panjang dari sebuah keputusan yang buruk akan menutupi kerugian pada jangka pendek.
Etika merupakan bidang yang harus menjadi perhatian bagi para praktisi PR, karena:
·         Para praktisi menyadari bahwa beberapa pekerja PR memiliki reputasi kurang baik terkait perilaku mereka yang tidak etis.
·         PR sering menjadi sumber pernyataan etis dari sebuah organisasi serta menjadi gudang bagi kebijakan etis dan sosial bagi organisasi.
·         Praktisi PR telah berjuang membuat kode etik yang cocok untuk merek asendiri.
·         Praktisis PR harus bertindak atas nama organisasi mereka sebagai lembaga OBUDSMAN (pejabat atau badan yang bertugas menangani berbagai keluhan masyarakat). Etika bagi publik yang mereka layani.


Pengertian Etika Terhadap Klien dan Atasan
Etika terkait dengan apa yang secara moral dianggap benar atau salah dalam perilaku sosial, biasanya ditentukan oleh standar profesi, organisasi dan individu. Perilaku beretika merupakan pertimbangan utama yang membedakan antara warga beradab dengan yang tidak dalam masyarakat. Allen Center mengusulkan lima faktor yang mengatur perilaku sosial, adalah sebagai berikut:
·         Tradisi. Bagaimana sebuah situasi dipandang dan diberlakukan pada masa lalu.
·         Opini Publik. Perilaku yang dapat diterima oleh mayoritas orang pada saat ini.
·         Hukum. Perilaku yang dibolehkan dan yang dilarang oleh undang-undang.
·         Moralitas. Umumnya terkait dengan apa yang dibolehkan dan dilarang oleh ajaran agama.
·         Etika. Standar yang disusun oleh profesi, organisasi, atau diri sendiri berdasarkan suara hati apa yang benar dan adil untuk orang lain dan untuk diri sendiri.
James, E. Grunig: Dua prinsip panduan etika dasar yaitu:
·         Mereka harus memiliki kemauan untuk beretika, tidak bermaksud mencelakai orang lain, namun berniat untuk berlaku jujur
·         Mereka harus menghindari aksi yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi orang lain. 
Kode Etik (Code of Ethics) dan Kode perilaku (Code of Conduct) yang termuat dalam International Public Relations Associations (IPRA) dalam sidang umumnya di Venesia, Mei 1961 pada butir II yang menyatakan bahwa: Perilaku Klien dan pimpinan adalah sebagai berikut:
·         Seorang anggota mempunyai kewajiban umum berhubungan secara jujur dan adil terhadap klien atau pimpinannya, baik sebelumnya maupun sesudahnya.
·         Seorang anggota hendaknya tidak memiliki kepentingan yang berlawanan atau persaingan tanpa persetujuan dari pihak yang bersangkutan.
·         Seorang anggota hendaknya menjaga kepercayaan yang diberikan oleh klien atau pimpinan, baik sebelumnya maupun yang sekarang.
·         Seorang anggota hendaknya tidak melakukan tindakan yang cenderung merendahkan martabat dari pihak klien dan pimpinannya.
·         Dalam memberikan jasa pelayanan bagi klien atau pimpinannya, seorang anggota hendaknya tidak menerima imbalan, komisi atau bentuk apapun dari pihak manapun, selain dari pihak klien atau pimpinannya yang telah memperoleh penjelasan fakta yang lebih lengkap.
·         Seorang anggota hendaknya tidak mengusulkan kepada calon klien atau calon pimpinannya bahwa pembayaran atau kompensasi lainnya tergantung pada pencapaian hasil-hasil tertentu atau tidak akan menyetujui perjanjian apa pun yang mengarahkan dengan akibat yang sama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan tidak boleh dilakukan oleh seorang praktisi PR:
·         Berbohong untuk klien atau pimpinan
·         Terlibat dalam tipu muslihat untuk mengumpulkan informasi tentang klien praktisi PR.
·         Membantu menyembunyikan kondisi yang berbahaya atau melapor kepenegak hukum menyampaikan informasi yang hanya mengandung setengah kebenaran.
·         Menawarkan sesuatu (hadiah, perjalanan, atau informasi) kepada reporter atau legislator yang mau berkompromi dengan laporan mereka.
·         Menyampaikan informasi yang benar, tetapi berpotensi menyesatkan dalam wawancara atau konferensi berita yang merusak pemerintah
Dalam hal ini seorang praktisi PR harus memegang teguh prinsip kode etik dan kode perilaku yang berlandaskan pada kejujuran dan kebenaran serta tidak membela pada yang salah, dapat memberikan pelayanan yang baik pada siapa pun baik klien dan atasan yang bersifat berkeadilan serta tidak berkepihakan pada unsure manapun. Dengan tujuan tetap menjaga dan memelihara sebagai seorang professional dalam bidang public relations. Fungsi seorang PR harus dapat membina seta menjalin hubungan dengan pihak klien, dengan atasan maupun dengan pihak perusahaan, agar citra positif tetap terpelihara serta mempunyai prinsip ekonomi yang saling menguntungkan kedua belah pihak, seorang PR bertugas sebagai media penghubung antara perusahaan dengan klien diharapkan menjaga kebutuhan hubungan sebagai mitra usaha diantara keduanya, dengan prinsip tidak saling merugikan dalam bentuk kerja sama.
Jenis-Jenis Klien

·         Pemegang saham dan calon pemegang saham perusahaan
Perusahaan cenderung membatasi informasi lengkap pada pemegang saham dengan argumentasi bahwa secara tidak langsung akan berarti memberikan memberikan informasi tersebut pada kompetitornya yang seharusnya merupakan rahasia perusahaan. Pada umumnya untuk perusahaan-perusahaan publik, maka pengaturan oleh pemerintah mengatur informasi yang perlu disampaikan kepada pemegang saham, sehingga dampak kompetisi tidak ada bagi sesama perusahaan publik. Permasalahan memang timbul dari perusahaan-perusahaan yang tidak merupakan perusahaan publik, mereka memperoleh informasi dari kompetitornya tanpa perlu mengungkapkan tentang dirinya. Informasi yang perlu diungkapkan oleh perusahaan memang tidak semuanya yang seharusnya diketahui oleh pemilik perusahaan. Pengertian pemegang saham dari perusahaan public seharusnya adalah lebih sesuai sebagai investor, sehingga informasi yang diperlukan adalah untuk mengambil keputusan membeli atau menjual sahamnya.
·         Pemerintah (Government)
Kegiatan PR diantaranya dalam rangka mengatur dan memelihara hubungan dengan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah atau dengan jawatan-jawatan resmi yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan. Mengapa PR harus menjalin hubungan dengan pemerintah secara baik, hal ini sangkut pautnya dengan masalah kebijakan. Pemerintah adalah pembuat dan penentu kebijakan yang mungkin saja kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tersebut, terkadang menguntungkan perusahaan atau sebaliknya dapat merugikan, oleh sebab itu perusahaan/instansi seharusnya dapat menjalin hubungan baik dengan pemerintah setempat, karena dalam keadaan bagaimana pun baik itu perusahaan swasta maupun instansi-instansi dalam mengadakan kegiatannya selalu ada sangkut pautnya dengan pemerintahan. Misalnya saja yang berkaitan dengan masalah, pembayaran pajak, pemberian rekomendasi bagi kegiatan ekspor / impor, masalah perijinan dari pemerintah, perlindungan baik itu bagi para produsen ataupun para karyawan atau buruh dalam masalah ketenagakerjaan.
·         Pemasok (Supplier)
Kegiatan PR dalam rangka mengatur dan memelihara hubungan dengan para leveransir agar segala kebutuhan organisasi/perusahaan dapat diterima dengan baik. Untuk mengadakan hubungan baik dengan para supplier ini harus dilaksanakan secara terus menerus, dengan harga dilaksanakan secara terus enerus, dengan harga dan syarat yang wajar misalnya; tender atau menyangkut masalah pengadaan barang. Seorang PR harus cepat tanggap dalam melakukan kegiatan komunikasi dengan para supplier khususnya untuk para langganannya yaitu dengan cara memberikan informasi jauh sebelumnya agar konsumen tidak mengalami kekecewaan yang akhirnya akan merugikan perusahaan. Dengan demikian secara psikologis jika terdapat kenaikan harga barang yang ditawarkan maka pelanggan tidak merasakan kekecewaan. Dalam hal ini seorang public relations harus dapat menggunakan teknik komunikasi yang paling efekktif diantaranya menggunakan teknik persuasive agar pihak perusahaan dapat mengatasi problem/masalah-masalah yang akan terjadi pada perusahaan. Untuk menjaga kontinuitas pengiriman barang, maka dengan para supplier ini seorang public relations harus dapat memberikan pelayanan baik hal tersebut untuk menjaga loyalitas supplier terhadap perusahaan khususnya terhadap produksi perusahaan tersebut. Sehingga bila pada waktu tertentu perusahaan terdapat kesulitan dalam hal keuangan maka para supplier akan dapat membantunya.
·         Pelanggan (Customer)
Kegiatan public relations dalam rangka mengatur dan memelihara hubungan dengan para pelanggan, sehingga hubungan itu selalu dalam situasi bahwa pelanggan lah yang sangat membutuhkan perusahaan bukan sebaliknya, hubungan baik yang dilakukan dengan para pelanggan merupakan yang harus dilakukan seorang PR perusahaan. PR rangka mengatur dan menjaga hubungan baik dengan para konsumen agar produk yang dibuat perusahaan dapat diterima dengan baik oleh para konsumen. Salah satu kegiatan mengadakan hubungan baik dengan konsumen adalah melalui program periklanan dengan penyiaran iklan produk lewat media cetak seperti surat kabar, tabloid, majalah, dan media elektronik, yaitu: radio, televise, internet, berita media luar ruang yaitu Billboard
Faktor-faktor penghambat mengahadapi perilaku klien dan atasan
·         Faktor Psikologis
Seorang PR dalam melaksanakan pekerjaan tidak selalu berjalan baik dan lancar, seperti dalam melakukan hubungan kerja dengan klien maupun atasan faktor hambatan yang dihadapi biasanya gangguan secara psikis, misalkan saja seorang public relations ketika berhadapan dengan klien maupun atasan yang posisinya tampaknya lebih tinggi kedudukannya, sehingga merasa dalam benak pemikirannya kurang mendapat perhatian secara khusus
·         Fakor Ekonomi (Financial)
Seorang PR officer perusahaan dituntut untuk tampil prima dalam menjalankan operasional aktivitasnya. Dalam hal ini seorang public relations harus diberikan anggaran atau dana operasional yang cukup memadai dalam melaksanakan fungsi dan kewajibannya secara maksimal.
·         Faktor Dukungan (Support)
Seorang PR officer dalam melaksanakan fungsi dan kewajibannya dapat dikatakan berhasil guna secara maksimal dan optimal apabila mendapat dukungan (support) baik dari pihak atasan maupun dari pihak perusahaan dengan tujuan agar seorang public relations dalam menjalankan operasionalisasi secara leluasa dan mempunyai kewenangan yang penuh dalam pengambilan keputusan.











Etika dan Sopan Santun Perawat Kepada Pasien
Di dalam lingkungan rumah sakit, mungkin perawat bisa di katakan orang yang paling dekat dengan pasien. Mengapa ? Karena ya hampir setiap saat, setiap detik perawat selalu mengawasi keadaaan pasien mulai dari keadaan pasien yang masih kritis sampai kepada keadaan yang pulih. Dalam memberikan perawatan, perawat di tuntut untuk dapat bersikap ramah kepada pasien, karena jika ada perawat yang kasar atau memiliki emosi yang tinggi, bisa-bisa pasien bukan akan sembuh, tapi malah memburuk keadaanya, atau bisa jadi si perawat ini akan menjadi orang yang paling di benci oleh pasien seumur hidup. Etika dan sikap  seperti apakah yang seharusnya di miliki oleh perawat ?? Di sini akan saya jelaskan.
Pertama, saya akan bahas tentang pengertian dari etika itu sendiri. Etika berasal dari bahasa latin yaitu : Mos atau Mores (bentuk jamak) yang berarti juga adat, kebiasaan, sehingga makna kata moral dan etika adalah sama. Kalau menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerawardaminta), 1953) Etika itu adalah ilmu tentang azaz akhlak (moral). Jadi itu lah beberapa sumber mengenai pengertian dari etika. Sementara etika dalam keperawatan itu sendiri meliputi :
1.      Ikhlas, maksudnya memberikan pelayanan kepada pasien dengan tidak mengharapkan imbalan apapun, bersegera membantu pasien dengan sepenuh hati, memberikan perhatian dengan mendengar keluh kesah pasien. Hindari sifat merendahkan, meremehkan pasien dalam bentuk apapun tentang keadaan penyakitnya, kepribadiannya, fisiknya serta hubungan sosialnya.
Contoh percakapan dan perbuatan ikhlas kepada pasien :
Pasien        : “Suster tolong ambilkan pispot untuk saya, sepertinya saya akan BAB.
Perawat      : dengan tersenyum dan wajah ceria, ” Sebentar ya bu, saya akan ambilkan, apakah ibu mau BAB sendiri atau saya bantu ? ”
Pasien       : ” Biar saya sendiri saja suster “, terima kasih
Perawat   : ” Kalau ibu sudah selesai dan perlu bantuan saya , ibu bisa bell saya ya bu, saya akan ke pasien dulu ya “.
2.      Ramah dan santun
Bertutur kata dengan senyum yang tulus serta lemah lembut kepada pasien, bersikap sopan santun kepada pasien dan menghargai pasien, dengan memberikan perhatian, merawat pasien dan mendengarkan keluhannya. Berikan reinforcement ( penghargaan) yang tulus kepada pasien jika perawatan dan pengobatan pasien membuahkan hasil yang membaik.
Mengucapkan salam, selalu menyapa dan berkata sopan, pilihlah bahasa yang baik dan santun dalam berkomunikasi dengan pasien.
3.      Belas Kasih
Bersikap empati kepada pasien dan ikut merasakan penderitaan pasien tanpa harus larut dengan masalah pasien.
4.      Sabar dan tidak mudah marah
Perawat harus memahami konsep manusia yang unik, memiliki prilaku , respon dan sikap yang berbeda antara satu dengan yang    lain. Hindari  merasa kesal dengan pasien yang cerewet dan memiliki respon yang berlebihan, karena jika perawat merasa kesal akan berdampak pada hal yang tidak di inginkan.
5.      Bersikap tenang, tepat dan cepat dalam bertindak
Bersikap tenang dalam bertindak mempunyai makna tidak tergesa-gesa dalam memberikan asuhan keperawatan, teliti,   berhati-hati, cermat dan rapi serta mempunyai seni dalam merawat pasien.
6.      Berikan Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian di sampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat dan pasien, namun harus memperhatikan norma sosial. Ketika memberikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti : ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisk, atau memnbantu memakaikan pakaian.
7.      Berpenampilan yang rapi, sopan dan menyenangkan pandangan mata
Berpakaian lah yang rapi, bersih, dan enak di pandang mata. Untuk wanita janganlah terlalu mencolok dalam berdandan dan berpakaian, tapi mencerminkan kesederhanaan dan kedewasaan dalam bernampilan. Misal : dalam memakai bedak, jangan terlalu menor, berlipstik jangan dengan warna merah mencolok, tidak memakai sepatu yang bertumit tinggi.
8.      Hargailah pasien

Hargai pasien karena pasien juga merupakan malhluk ciptaan Tuhan yang memiliki perasaaan. Perawat menerima klien apa adanya, tidak mengkritik, menghakimi, atau mengejek klien.

0 komentar: